SEBERAPA TANGGUHNYA ANAK RANTAU?
SALAM DETAK RINDU, BEKU DAN BISU.
Guys ini adalah blog ke-2 gue. Mungkin gue bakalan nulis blog selama gue masih punya waktu dan mood buat nulis seputar apa yang pernah terjadi dikehidupan gue pokoknya seputar ruang lingkup kehidupan gue aja intinya. Kali ini gue bakal bahas tentang seberapa tangguh si anak rantau??? gue bukannya menganggap si anak rantau lebih baik ketimbang si anak yang dari lahir sampe sekarang masih serba apa-apa sama orang tuanya dan belum pernah pisah rumah sama keluarganya, disini gue cuma ingin mengapresiasikan bahwa ada sisi lain dari anak rantau sendiri dalam menjalani kehidupannya. Pasti pada udah tau dong ketika seorang anak memutuskan hal untuk merantau pindah dari kampung halaman dan mencoba peruntungan di kota lain, selain daerahnya dia sendiri. Gue rasa itu bukan suatu keputusan yang mudah apalagi untuk menjalaninya seorang diri. anak rantau mempunyai suka duka versi mereka tersendiri dalam menghadapi enak dan gaenaknya selama diperantauan. Nah ini ada beberapa versi enak ga enaknya si anak rantau.
Versi pertama dari sudut pandang gue yakni segi kemandirian, kenapa kemandirian bisa dilihat dari segi pengambilan keputusan si anak rantau pasti sangat amat memikirkan dengan matang resiko ia merantau nantinya baik itu tujuannya untuk sekolah maupun bekerja. Disamping itu sisi lain si anak rantau ia pasti mempunyai sebuah keberanian buat mencoba peruntungan di sebuah kota atau daerah yang bisa dibilang asing dari daerah asalnya baik dari budayanya, suasananya dan biaya hidup juga pasti berbeda. Contohnya saja yang biasanya dirumah apa-apa serba ada atau disediakan sama orang tua giliran di perantauan apa-apa bisa dibilang belajar buat mandiri dan akhirnya terbiasa seperti beli makanan sendiri kalo lagi lapar, beli perlengkapan kos-kosan sendiri, belum lagi kalo sedang sakit harus benar-benar antisipasi jaga kesehatan biar ga sakit diperantauan.Nah yang lebih parah nih kalo jadi anak rantau syukur-syukur kalo dapat kiriman motor atau kendaraan lain buat aktivitas selama diperantauan kalo enggak ya jalan kaki, naik angkot, gojek atau grab lah ya hahaha.
Kalau di versi kedua mungkin sisi lain anak rantau bisa diliat dari segi Pengaturan Hidup, gimana si anak rantau mengatur segala kebutuhan hidupnya seperti biaya makan, belum lagi yang suka laundry, uang jajan mingguan atau bulanan kalau aja uang yang dikirim orang tua selalu tepat waktu kalau enggak? ya terpaksa ngutang sama teman, makan indomie akhir bulanpun menjadi sebuah ritual legend atau sama gebetan jalan paling minta dibayarin wkwkwk, belum lagi suara ibu kosan yang cerewet banget untuk bayaran uang kosan cerewetnya ngelebihin emak-bapak dirumah. Selain itu mengatur waktu belajar ngerjain tugas, kuliah, bermain dan organisasi. Sedangkan kalau dirumah sendiri mungkin masih diingatkan oleh keluarga tentang pengaturan waktu.
Di versi ketiga ini lebih dilihat kepada pengalaman. Karena pada hakekatnya pengalaman itu suatu hal yang dijadikan pelajaran dan mungkin akan diingat seumur hidup nantinya. Pengalaman mengajarkan bahwa ketika si anak rantau sendiri bukan berarti dia lemah. Pengalaman mengajarkan bahwa hidup ini ga selamanya serba enak dan mudah, butuh usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Pengalaman mengajarkan bahwa ketika yakin dengan sesuatu yang ingin dicapai maka harus benar-benar diwujudkan dengan jatuh-bangunnya di dalam kisah perantauan seperti target untuk wisuda dipenuhi dramatis yang luar biasa untuk mencapainya, up-downnya seseorang dalam menempuh karier yang ingin dicapai semuanya butuh proses dan proses itu menjadikan si anak rantau dewasa bersenyawa dengan keadaan yang telah dialami setiap waktunya.
Dari segi keempat yaitu Pertemanan si anak rantau dong yang pasti mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertemanan yang ada baik dilingkungan pendidikannya maupun dilingkungan kerja. Mau gamau si anak rantau harus punya sifat berbesar hati untuk menerima berbagai pertemanan dari kultur manapun. Awalnya mungkin akan berpikir mending temenan sama yang satu daerah aja, tapi lambat laun akan pasti terbuka sebuah pikiran bahwa ga mungkin hanya berpatok pada suatu objek. Pasti bakal ada pikiran bahwa pertemanan itu luas biar berteman dengan berbagai teman dari luar daerah walau beda suku, beda bahasa, beda budaya dan beda pemikiran. Sekalipun beda dalam segala hal maka si anak rantau akan semakin paham bahwa dengan seperti itu akan menciptakan suatu pemikiran yang terbuka dari sana akan dapat banyak ilmu, pengalaman, cara bersosialisasi yang baik karena pada dasarnya manusia hidup saling ketergantungan bukan?
Nah ini sisi terberat anak rantau Menghadapi kerinduan. Entah itu kerinduan pada kedua orang tua, yang biasanya suka berantem kalo lagi deketan tapi kalau jauhan rasanya mau telfonan tiap jam. Kerinduan kepada teman semasa sekolah di kampung halaman yang biasanya bisa jalan bareng tiap waktu tapi kenyataannya bakal bisa jalan sekali setahun kalaupun pulang kampung nantinya. Kerinduan akan masakkan mama di rumah walaupun kadang suka bosan kalau dimakan tiap hari tapi kalau sudah diperantauan rasanya Ngange-nin wkwkwk. Nasehatnya papa yang setiap waktu buat ngingetin solat, makan dan jangan lupa banyak berdoa yang selalu terngiang dikepala seketika lagi sendiri dikosan. Tangis akan selalu pecah bukan ??? melihat teman-teman yang tidak merantau dan bisa pulang seenaknya kapapun mereka mau, tangis akan pecah bukan??? ketika menerima kenyataan saat lebaran tidak bisa pulang dikarenakan mungkin mengejar skripsi, tiket pesawat atau kereta yang mahal, atau mungkin sedang runtuh dalam segi finansial. Tangis akan sangat pecah bukan??? ketika mengetahui bahwa salah satu dari kedua orang tua sakit dan posisinya sedang tidak berada di samping mereka. dan yang lebih luar biasanya lagi tangis akan sangat amat benar-benar pecah ketika apa yang telah diusahakan bertahun-tahun dengan susah payah akhirnya bisa terwujud dengan cucuran air mata dan kebahagian dari si anak rantau dan orang tua yang telah menanti mereka selama di kampung halaman.
Foto diatas disebelah kiri adalah jaman gue masih jadi anak kampung nan jauah dimato ( padang) sampe sekarangpun masih begitu wkwkwk dari jaman maba ( mahasiswa baru) dan akhirnya bisa menempuh pendidikan dan lulus tepat waktu di foto sebelah kanan ( dari masa ke masa gue selalu kepikiran bakal kelar ga nih kuliah gue mengingat jatuh bangunnya menuju hal itu).
Ini adalah sudut pandang gue tentang segimana sedih dan gembiranya si anak rantau dalam menjalani kehidupannya. Mungkin akan selalu ada kata mengeluh akan tetapi akan selalu ada yang diperjuangkan dibalik keluhan tersebut. Buat teman-teman yang senasib dan seperantauan bisa share juga seputar sudut pandang tentang anak rantau melalui kolom kometar, thanks sudah mengunjungi blog ini walaupun sedikit receh hehehe.
Komentar
Posting Komentar