CATATAN PIKIRAN INDAH

 Sudah lama sekali ingin menulis ini. Butuh keberanian menulisnya karena ini hal yang sifatnya "sensitif". Pikiran acak ini muncul lagi, sekali lagi muncul berkali-kali dan hampir dari tahun ke tahun ada. 

Enggak akan pernah ada yang tau rasanya sebelum orang itu sendiri yang mengalami.

Bagaimana rasanya istri ditinggal oleh suami 

bagaimana rasanya anak ditinggal bapaknya

bagaimana rasanya suami ditinggal istri

bagaimana rasanya anak ditinggal ibu

lalu bagaimana rasanya orang tua ketika ditinggal anaknya. 

duh, enggak usah sok tau deh ndah, kan lo belum pernah merasakan!!! 

ini dimulai dari saudara gue kehilangan bapak tercintanya, lalu tante gue kehilangan suami sekaligus bapak dari anak-anaknya. Rasanya gimana? ya ga bisa digambarkan. Kalau pada saat hari itu ada,  mereka kehilangan manusia paling berharga dalam hidup mereka ya hari itu juga mereka benar-benar ga bisa jelasin, kenapa harus sekarang, kenapa ngak nanti aja, kenapa harus dia kenapa enggak aku aja, gue rasa itu hal yang sifatnya lagi lagi- sensitif dan ga harus ditanya di hari itu juga. 

lalu tahun ke tahun lagi -lagi gue menemukan hal yang sama, teman terdekat gue dimasa putih abu-abunya yang harusnya gemilang, happy, masa-masa butuh disemangati ia harus terima ditinggalkan oleh ibunya. terus gue bisa apa? bantu apa? gue cuma bisa nangis kejer karena "gimana teman gue bisa menjalani hidup,sedangkan dia tiap hari selalu ceritain ibunya".  Tiap waktu dia bilang" ndah lo sayangi ibu lo ya, karena ibu itu paling tau hati anaknya". Gue pun enggak kebayang kalo lagi diposisi dia. Peran ibu itu kuat banget disebuah keluarga.Ibu itu multitalent, masak iya, menyelesaikan pekerjaan rumah iya, anter jemput anak iya, ngurus suami dan anakpun iya. Ibu itu bukan cuma peran tapi juga faktor yang membangun sebuah rumah itu hangat yang diisi oleh bapak dan anak-anak. 

Ditahun berikutnya pun, terjadi lagi, orang tua yang kehilangan anak. bisa dibayangin kalo disaat itu juga kalau dia tau anaknya bakal pergi mungkin orang tua memilih kenapa enggak gue aja, kenapa harus anak gue, dia masih muda, masih panjang cita-citanya. Lagi-lagi dropnya disana, lagi-lagi anak itu pemersatu yang bikin rumah itu hidup, orang tua kerja pasti buat keluarga terutama anak, tapi pada titik kehilangan anak, enggak ada yang bisa tau rasanya kecuali orang tua itu sendiri. 

Banyak banget kalo ketika orang-orang mendatangi seseorang yang lagi ditinggalkan oleh orang terkasihnya sering bilang dan gue pun sering ucapin namun pada titik ini gue mulai mengurangi itu seperti " yang kuat ya, yang tabah ya, jagain mamanya ya, jagain papanya ya, jagain adiknya ya, yang sabar ya". Padahal lo semua tau dititik itu merekapun belum tentu bisa terima seutuhnya, orang yang lagi rapuh lo suruh kuat, lo suruh tabah, lo suruh sabar. Buat bisa ngebayangin mereka di fase itu aja rasanya berat banget apalagi lo kasih beban dengan embel-embel kalimat" yang sabar, yang kuat dan sebagainya". Cukup doa yang mendalam dan ada disamping mereka yang ditinggalkan itu udah jadi kekuatan besar buat mereka. Please tolong jangan kasih beban dipundak mereka. Jangan kasih kata-kata motivasi atau manis yang justru bikin mereka makin drop.  Kalau saat itu mereka pengen nangis yaudah biarin nangis, biarin sedih, karena nanti ada masanya mereka happy. Jangan paksa mereka untuk move disaat itu juga. Semua butuh waktu, proses dan penyembuhan luka demi luka yang mereka punya. 

Kemaren sempat nonton youtube Bunga Citra Lestari " hargai dan sayangi  orang-orang terdekatmu selagi dia masih ada". 


Komentar

Postingan Populer